Skip to main content

Jangan Pernah Ke Sumatera

Dua tahun terakhir ini nyaris hingga 3 kali mengelilingi Sumatera menggunakan bus. Meski tidak semua daratan Sumatera saya kunjungi, setidaknya berpindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu bus ke bus lainnya merupakan sebuah kenikmatan yang tiada tara. Selain bisa mencicipi kuliner yang khas, keindahan alam yang mungkin tidak ada di tempat lain, bila beruntung kita bisa melihat kebudayaan khas dari kota yang kita kunjungi tersebut.


Sempat terlintas berkeinginan kembali mengulang berkunjung tempat-tempat indah di Sumatera seperti teman teman lain yang menggunakan kendaraan pribadi. Apa daya belum ada kendaraan pribadi yang terbeli Mungkin ke depan bisa terbeli kelak temani piknik keliling Sumatera lagi.



Ada baiknya perjalanan dimulai dari titik nol kilometer Indonesia yang terletak di Pulau Weh. Di Pulau Weh sendiri kita dapat menikmati keindahan alamnya. Dari sekedar menikmati deburan ombak, menikmati sunset, snorkeling, diving, hingga menikmati segelas kopi dan sate gurita khas Kota Sabang.


Setelah mengelilingi Pulau Weh, saatnya menyeberang ke Kota Banda Aceh. Banda Aceh Kota Madani yang pantas mendapatkan julukan Kota Seribu Kedai Kopi. Selain menikmati kopi yang cocok ditemani roti selai samahani, beragam kuliner juga dapat kita nikmati di Banda Aceh. Dari Mie Aceh, Ikan Bakar, Kari Kambing, dan beragam kuliner lainnya. Beberapa lokasi yang wajib dikunjungi di Banda Aceh adalah Museum Tsunami, PLTD Apung, Kapal di Atas Rumah, Lapangan Blang Padang dengan Pesawat Republik Indonesia Pertama. Jangan lupa juga singgah ke Mesjid Baiturahman bila ke Banda Aceh.


Untuk menikmati alam Aceh dari perspektif yang berbeda, ada baiknya perjalanan di mulai dengan jalur lintas Barat Selatan. Kita dapat menikmati Mie Lepung di tepian pantai Barat Kabupaten Aceh Besar. Atau sekedar menikmati kedai kedai mie di tepi jurang Grutee. Jalanan yang lebar dan mulus membuat nyaman perjalanan. Sesekali deburan ombak terlihat di tepi jalan. Nyaris seperti bukan di Indonesia bila kita melalui rute ini hingga ke Aceh Barat. Sampai di Meulaboh jangan lupa singgah ke Makam Teuku Umar Johan Pahlawan. Setelah itu kita akan disuguhi lintasan dengan ribuan hektare kebun sawit hingga ke Aceh Barat Daya. Jangan lewatkan keindahan pantai di Aceh Selatan juga Singkil.






Memasuki wilayah Propinsi Sumatera, sungguh tak elok bila kita tak singgah ke Danau Toba. Dimana Pulau Samosir yang berada di tengah tengahnya menawarkan beragam budaya khas Batak. Dari sajian rumah rumah khas Batak hingga kain tenun ulos yang sangat cocok dijadikan oleh oleh. Patung Sigale Gale di Museum Batak sangat sayang bila dilewatkan.




Dari Samosir kita bergerak kembali menuju Tarutung. Tarutung merupakan bagian dari sejarah Tanah Batak tempo dulu. Disini ada beberapa tempat yang wajib dikunjungi. Selain mengunjungi Tempat Wisata Salib Kasih (khususnya kaum Kristiani), kita dapat melihat bangunan bangunan rumah khas Tarutung. Tidak ada salahnya juga mencoba scooter yang dimodifikasi menjadi beca.





Dari Tarutung perjalanan dapat dilanjutkan menuju Padang Sidempuan. Rute jalanan yang menikung menanjak dan menurun membuat perjalanan semakin semarak. Dibutuhkan pengemudi yang benar benar handal serta armada transportasi yang tangguh. Singgah ke Sidempuan jangan lupa untuk membeli salak khas daerah ini. Rasanya manis berbeda dengan salak kebanyakan. Pasaman merupakan kota tujuan berikutnya. Jika berada di kota ini pada pagi hari, jangan sampai terlewat segelas kopi dan kue lupis nya. Meski kue lupis banyak terdapat di daerah lain, tapi rasanya nikmat terasa menyantapnya bersama embun pagi Pasaman.

Bukit Tinggi kota yang tak jauh dari Pasaman. Ada beberapa kenangan di kota ini. Dari Jam Gadang, Benteng Fort de Kock, hingga terminal Aur tempat bus bus berhenti di Bukit Tinggi. Sangat disarankan ketika bulan puasa singgah ke Pasar Ateh Bukittinggi, karena beragam kuliner Minang dijual disini. Kebetulan kemarin sempat singgah di pasar ini.

Sangat saya sarankan bila mampir ke Bukittinggi, ada baiknya mampir juga ke kelok 9. Eksotisme jalan raya bertingkat di Indonesia dapat kita temukan disini. Betapa kemajuan teknologi dan perhitungan yang matang membuat kita serasa melayang bila melintasi jalur ini.






Selepas Bukittinggi daerah berikutnya adalah Solok. Melewati daerah Bukittinggi mata tak akan bosan memandang keluar. Seperti perasaan saya ketika melintasi daerah ini, bangunan yang berada di tepi jalan bercirikan Rumah Gadang. Dengan atap menjulang ke langit, dinding dari papan dan ukiran kayu. Sepanjang perjalanan ditemani hamparan danau yang luas. Perjalanan semakin seru dan tidak membosankan. Kenapa harus ke Solok? Menurut saya Solok adalah pemasok beras terbaik di Sumatera. Nasi hasil tanak beras Solok sangat nikmat di lidah.

Sebenarnya dari Bukittinggi tadi bisa saja ke Padang dulu baru ke Solok. Mungkin ke depan ada waktu yang berkenan membawa ke Kota Padang. Menikmati hamparan pantai yang indah juga melihat sejarah Siti Nurbaya.

Banyak tempat yang harus disinggahi bila kita melintasi Lintas Tengah Sumatera. Jika menggunakan kendaraan pribadi, tentu akan lebih mudah. Sebenarnya bisa saja singgah ke Payahkumbuh, tetapi karena menggunakan kendaraan umum pada saat itu tujuan langsung diarahkan ke Dharmasraya. Dharmasraya 2 tahun ini menjadi kota tujuan saya yang paling menyenangkan. Beberapa hari yang lalu adalah kali kedua saya berkunjung ke daerah tersebut. Perdana singgah ketika bulan puasa, sungguh beruntung mendapatkan jamuan makan dari Warga Jorong Kampung Surah. Ketika Lebaran tiba, warga menyajikan hiburan tradisional yang nyaris langka ditelan jaman. Tari-tarian khas Minang, lagu serta pergelaran seni drama. Beragam kuliner Minang akhirnya bisa saya cicipi di daerah ini.






Kali kedua mengunjungi daerah ini, saya berkesempatan menyaksikan Pernikahan Adat Minangkabau. Dari prosesi ijab kabul, hingga mengarak mempelai ke pelaminan. Beberapa kali menyaksikan acara sakral pernikahan di berbagai daerah, Pernikahan Adat versi Minangkabau menurut saya termasuk prosesi yang unik. Setelah ijab kabul, mempelai perempuan diarak dari rumah Mamak ke pelaminan. Tentunya dengan beragam tarian, pakaian adat dan lagu lagu dalam melaksanakan prosesi ini.





Kira kira 2 jam lamanya waktu dari Dharmasraya, kita dapat singgah ke Muara Bungo Kota Transit. Kenapa saya katakan kota transit? Kita dapat singgah sejenak di Bungo bila hendak ke Lubuk Linggau atau ke Jambi. Sebagai kota perlintasan tentunya ada hal menarik yang disajikan Muara Bungo. Bagi saya yang cukup menarik kemarin adalah bangunan yang menyerupai kapal. Tertulis jelas dengan nama KM. Bungo - Jambi. Menurut saya bangunan ini sangat unik, jarang ditemukan di daerah lain. Bila sempat berkunjung ke Muara Bungo, kuranglah lengkap tanpa mencoba martabak Bungo. Martabaknya nyaris sama dengan kebanyakan martabak telur di tempat lain. Yang membuatnya berbeda adalah disajikan bersama irisan bawan merah, cabe rawit, kecap dan kuah kari kambing. Penasaran rasanya? Kita dapat mengunjungi pasar tradisional Muara Bungo, kedai tepat berada di seberang jajaran toko emas Muara Bungo.






Lubuk Linggau merupakan kota tujuan berikutnya setelah mampir dari Muara Bungo. Lubuk Linggau merupakan sebuah daerah yang sudah masuk wilayah Propinsi Sumatera Selatan. Apa yang dapat dilihat dari kota ini? Watervang 1941, sebagai bendungan yang dibangun dimasa Belanda dulu. Tempat ini sangat cocok dikunjungi bila penat melanda ketika berada di seputaran wilayah Lubuk Linggau. Selain menyajikan hamparan pemandangan sawah yang hijau, kita dapat menikmati wisata lainnya di Lubuk Linggau seperti Bukit Sulap misalnya. Pempek, jangan lewatkan kuliner khas Palembang yang satu ini. Pilihan saya kemarin jatuh pada Pempek Pak Owen yang terletak dekat Simpang Priuk. Rasanya tak jauh berbeda dengan bermacam macam pempek lainnya, hanya kuah yang disajikan lebih terasa dilidah.






Bandar Lampung merupakan kota tujuan selanjutnya dalam Piknik ala Sumatera. Bila menggunakan kendaraan pribadi disarankan berkendaraan di siang hari bila menuju kota ini. Usahakan bahan bakar minyak selalu dalam kondisi penuh karena terkadang bahan bakar minyak sangat sulit ditemukan di jalur ini. Dengan alasan keselamatan dan dapat menikmati pemandangan siang maka dari itu disarankan jalan pada siang hari. Dalam perjalanan kita akan menikmati bangunan khas Sang Bumi Ruway Juray. Sesekali akan terlihat bangunan megah khas Hindu. Lampung sendiri terkenal dengan kopi, kerupuk kemplang, juga sekhuit panggan iwa. Bila ada kesempatan, saya selalu mampir ke kota ini. Selain dekat dengan kota kelahiran saya Pringsewu, ada beberapa kawan disana yang selalu siap sedia bila diajak sekedar minum kopi. Bila singgah ke Bandar Lampung jangan lupa singgah ke Museum Lampung. Kenapa saya kerap sekali singgah ke Museum, biasanya sejarah tercatat dengan rapih di setiap museum. Kita bisa mampir di toko oleh oleh yang banyak tersebar di Bandar Lampung. Bagi anda pengagum kain tenun, Tapis dapat dijadikan oleh oleh khas dari Lampung. Negeri ini juga memiliki banyak keanekaragaman budaya dan adat istiadat. Bila berkesempatan jangan lewatkan keragaman budaya adat khas Lampung.


Pekanbaru meski saya baru tiga kali singgah di Kota ini, rasanya sudah seperti berada di kota sendiri. Hal yang paling menyenangkan bila berada di kota ini adalah melihat bangunan-bangunan di jalan protokol bercirikan Melayu. Atap atap gedung masih menggunakan ukiran kayu yang khas. Meski kemarin sempat berselimutkan kabut asap, tak menyurutkan saya untuk singgah sekedar menikmati Sate Padang. Kenapa harus menikmati Sate Padang di Pekanbaru? Karena rasanya tidak jauh berbeda dengan yang disajikan di Ranah Minang sana. Ingin menikmati kendaraan kendaraan besar yang melintas? Cobalah singgah barang sejenak ke Jalan Arengka. Ingin menikmati kuliner mewah harga mahasiswa? Kita bisa singgah ke Jalan Nangka.

Siantar merupakan tujuan wisata Sumatera berikutnya. Bila ingin belajar arti toleransi beragama, datanglah ke kota ini. Beragam bangunan tempat ibadah yang megah dari berbagai agama berdiri tegak di kota ini. Roti Ganda dan Kopi Kok Tong janganlah dilupakan. Kota ini juga menyajikan keanehan beca yang tak lazim. Motor motor besar sekelas Harley Davidson dijadikan beca motor. Di dekat pasar kita bisa menikmati arsitektur bangunan tua Siantar yang masih terawat. Beragam kuliner tersedia juga disini. Kalau tidak salah, di seputaran Jalan Surabaya banyak terdapat kuliner dari beragam nusantara.

Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara. Kita dapat menemui sisa sisa sejarah kerajaan Deli di Kota ini. Mesjid Raya nan megah sangat cocok dikunjungi bagi kalian yang gemar menikmati relief bangunan bersejarah. Bika Ambon dan Roti Gulung dapat dijadikan oleh oleh khas dari Medan. Meski sering ke Medan, entah mengapa saya jarang sekali mengabadikan apa yang saya lihat di Medan :D

Comments

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen