Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Sarapan Pagi di Pasar Way Halim

Sepekan lalu kembali menginjakkan kaki ke Daratan Bumi Sang Ruway Jurai. Mungkin ini perjalanan penutup tahun 2014. Kembali perjalanan kali ini bersama Ezik Zikra Muallimin. Kawan bermain beberapa tahun terakhir. Banyak tempat kuliner yang tersebar di Bandar Lampung. Sehingga membuat kami bingung akan dimulai dari mana pagi ini. Sebenarnya kemarin sudah lebih dulu tiba siang hari di Bandar Lampung. Tidak mau berasumsi lebih jauh, maka makan siang kali itu diselesaikan dengan menikmati hidangan Rumah Makan Begadang. Pagi itu mencoba berkeliling kawasan PKOR sebagai Landmark Bandar Lampung. Sebenarnya tidak ada alasan kuat kenapa saya katakan sebagai Landmark, tetapi sekilas terlihat disana beberapa bangunan pusat kebudayaan kabupaten-kabupaten di Propinsi Lampung. Mungkin saat itu masih terlalu pagi, sehingga belum timbul selera untuk menikmati sarapan pagi di lokasi ini.

Tugu Simpang Lima

Lama tak menulis di blog ini. Beberapa waktu yang lalu saya kembali melintasi Simpang Lima Banda Aceh. Sesuai dengan namanya, simpang ini memiliki lima buah cabang yang memisahkan lima buah jalan di tengah kota Banda Aceh. Mungkin karena sesuai dengan jalan yang bercabang lima maka simpang ini lebih terkenal dengan nama Simpang Lima. Mendengar Simpang Lima di Kutaraja ini mengingatkan saya akan Simpang Lima di Semarang. Hanya saja daerah di Banda Aceh ini benar benar sebuah persimpangan. Simpang Lima ini juga mempunyai catatan waktu lampu merah yang lama seperti Simpang Surabaya maupun Simpang Jambotape. Sehingga bila kita melintasi Simpang Lima di siang hari, sungguh akan membosankan. Terlebih cuaca panas sering melanda Banda Aceh. Sudah barang tentu banyak orang yang akan menghindari daerah ini termasuk saya kecuali memang terpaksa.

Sinaran Perak Kota Gede

SELAMAT DATANG DI SENTRA KERAJINAN PERAK KOTAGEDE, demikian gapura besar itu menyambut setiap pengunjung yang datang ke lokasi ini. Sesuai dengan gapura besar tersebut maka sudah dapat dipastikan bahwa kali ini saya berkunjung ke pusat kerajinan perak yang cukup terkenal di Yogyakarta. Meski sudah sangat terkenal, bukan menjadikan saya kerap berkunjung kemari. Bisa dikatakan bahwa ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Kota Gede. Yogyakarta memang sebuah destinasi kota yang kerap saya kunjungi, entah kenapa saya tak pernah singgah ke kawasan yang tak jauh dari terminal Giwangan ini. Sebenarnya tak ada niat untuk berkunjung kemari hanya saja seorang kawan tetiba berpesan ingin dibawakan sebuah cincin perak khas Kota Gede. Alhasil akhirnya saya berkunjung ke surga penikmat pernak pernik berbahankan perak perak yang berkilau itu.

Mixed Rice Petaling Street

Saya terdampar di area ini setelah berjalan-jalan dari Pasar Seni. Perut keroncongan dan sedikit letih karena ransel di punggung bertambah beban dari keringat yang menempel pada pakaian kotor. Mungkin ini yang disebut sebagai Petaling Street. Sekalipun salah biarlah saya meyakini bahwa daerah ini bernama Petaling Street. Kehidupan mulai terlihat pagi itu. Para pedagang mulai menggelar lapak dagangannya. Ada yang membuka toko ada yang mulai memindahkan roda bahkan mengangkat rak jualan dari tempat penyimpanan ke tepi jalan. Nyaris seperti Khaosan Road di Bangkok. Tapi setidaknya tidak semerawut di Gasibu. Pejalan kaki masih nyaman melenggang meski sesekali harus menepi karena ada kendaraan yang lewat. Jalan ini sangat nyaman karena sepanjang jalannya diberi atap yang dihiasi lampion dan bendera warna warni. Setidaknya ini bisa saya asumsikan sebagai Petaling Street. Bila salah mohon maafkan, karena sekembali dari Melaka saya tetap memutuskan untuk mengunjungi jalan ini kembali. Sek

Menggelandang ke Terminal Bersepadu Selatan Kuala Lumpur

 bus yang akan masuk terminal Sekembali dari Batu Chaves ada sedikit rasa geli yang menghampiri. Sebenarnya bisa saja langsung naik KTM dari Batu Chaves ke Stasiun Tasik Selatan atau mungkin transit di KL Sentral. Yang saya lakukan adalah membeli tiket ke KL Sentral, keluar dari stasiun dan kembali membeli tiket menuju Stasiun Tasik Selatan. Berdasarkan hasil browsing singkat didapat informasi bahwa terminal bus yang mengarah ke bagian selatan Malaysia dekat dengan stasiun ini. Beberapa stasiun dilewati dan pengeras suara kereta api menginformasikan bahwa stasiun selanjutnya merupakan tujuan yang akan saya datangi. Papan informasi penunjuk arah sangat jelas terpampang. Pengunjung yang membutuhkan informasi tidak akan kesulitan berpikir kemana akan melangkah. Ternyata ada jalan penghubung stasiun dengan Terminal Bersepadu Selatan (TBS). Sementara di seberang sisi lain stasiun ini kalau tidak salah merupakan tempat parkir umum bertingkat. Sepintas saya tidak yakin bahwa bangunan

Icip Icip Armada Baru Sanura

  Bang Ucok is comeback. Sebenarnya itulah awal kalimat yang memang seharusnya dijadikan judul dalam cerita kali ini. Bang Ucok merupakan supir lawas di PMTOH yang membawa armada 1526 kepunyaan dari Sepakat Group. Bagi sebagian orang memang tak mengenal beliau, karena beliau hanyalah pilot dua dari armada BL 7449 AA. Mungkin akan lebih mengenal Lek Bur sebagai supir utamanya. Kenapa di awal saya katakan comeback, karena beliau sempat tak muncul di Banda Aceh beberapa bulan lamanya. Saya pikir beliau sudah pindah ke perusahaan otobus lainnya. Berdasarkan obrolan singkat dalam bus memang beliau sempat pindah haluan ke rute Medan - Takengon dengan perusahaan otobus lain. Singkat cerita saya mendapatkan kabar juga bahwa beliau membawa armada baru dari PO. Sanura. Akhirnya Sanura kembali menggeliat mengikuti persaingan panas jalur Medan - Aceh. Betapa tidak, jalur ini nyaris diasapi oleh armada-armada terbaru di kelasnya. Bahkan Scania sekalipun berani merambah pedasnya Mercedez Bens yan

Sungai Nibong Express Bus Terminal

Setelah berkunjung ke Penang International Airport, lokasi tujuan selanjutnya adalah terminal bus Pulau Penang. Sungai Nibong Express Bus Terminal merupakan nama bagi terminal bus antar kota di Pulau Penang. Armada dari terminal ini melayani keberangkatan Antar Kota Dalam Propinsi dan Antar Kota Antar Propinsi. Bus-bus yang tersedia kebanyakan melayani rute tujuan Ipoh, Genting Highland, Kualalumpur, Shah Alam, Johor Bahru, Melaka, Singapura. Tidak seperti terminal kebanyakan yang pernah saya kunjungi, terminal ini sepi. Hanya terlihat beberapa armada bus saja yang terparkir. Setelah memperhatikan dengan seksama maka saya ketahui bahwa bus akan masuk ke terminal ketika masa kedatangan dan keberangkatan saja. Jalur kedatangan dan keberangkatan pun dipisahkan. Mungkin saja hal ini diterapkan agar bus yang akan menurunkan penumpang dapat langsung keluar terminal dengan cepat.

Transportasi Bandara Kualanamu

Sejak aktifitas penerbangan dipindahkan dari Bandara Polonia ke Bandara Kualanamu, banyak kawan kawan yang menggerutu. Betapa tidak, bandara yang baru diresmikan ini berada jauh di luar kota. Tentunya bagi mereka yang ingin pergi dengan cepat harus mempersiapkan waktu beberapa jam sebelum penerbangan untuk berangkat ke bandara. Terutama kawan kawan dari Aceh yang telah terbiasa menggunakan bus malam, tiba di Terminal Pinang Baris dan lebih mudah untuk mengakses bandara Polonia dulunya. Meski diawal dirasa sangat rumit, tetapi sekarang tidaklah sulit untuk menuju Bandara Kualanmu terutama bagi kawan kawan yang menggunakan bus dari Aceh.

Piknik Keliling Asia, Ya Air Asia

Gelak tawa kali itu pecah dari beberapa kawan yang sedang asik begadang di depan monitor. "Dapat juga untuk tahun depan". Sempat dalam hati mengejek, kenapa harus bersusah payah untuk mengejar selembar tiket di masa yang belum pasti kita berada disana? Datanglah jawab dari kawan "kalau bisa murah dan cepat, kenapa harus berhari hari di perjalanan?". Sial, begitu umpatku dalam hati. Hari berganti dan keberangkatanpun datang menghampiri. Membandingkan tiket dengan beberapa maskapai lain tidak terlalu signifikan memang, hanya saja memang tidak ada keberangkatan dari Bandung saat itu. Sekali lagi memang ini yang dikatakan sial. Kawan kawan bisa mendapatkan tiket murah, rute yang tidak rumit pula. Betapa tidak cemburu dengan mereka, sekali naik pesawat saja dari Bandung bisa langsung ke Medan. Sementara saya harus bersusah payah naik travel dini hari menuju Bandara Soekarno Hatta demi mengejar jadwal kedatangan yang tak jauh berbeda di Polonia. Setelah itu mulai berpikir

Ola Kisat: Legenda Kuliner Medan yang Menggugah Selera

Jika ada kawan mengajak makan di rumah makan Batak atau di rumah makan Karo, saya tak pernah bingung karena sering menikmatinya di Bandung. Sebut saja Rumah Makan Gundaling sebagai rumah makan yang kerap saya kunjungi dulu. Ketika berada di Medan tidaklah mengherankan jika kita akan lebih mudah menemui rumah makan khas Batak ini. Ada beberapa rumah makan yang telah saya singgahi. Bahkan Bang Roy pernah membuat merchandise berupa kaos "Babi Panggang Karo". Pernahkah kamu mendengar tentang sensasi kuliner Medan yang begitu melegenda? Bukan durian, bukan Bika Ambon, tapi Ola Kisat, hidangan khas Batak Karo yang telah memikat lidah para pecinta kuliner selama puluhan tahun. Bagi saya, Ola Kisat bukan sekadar makanan. Ola Kisat adalah kenangan masa kecil yang tak terlupakan. Aroma khasnya selalu membawa saya kembali ke rumah nenek di Medan, duduk bersama keluarga menikmati hidangan hangat penuh cinta. Sebagian orang memang tidak bisa mengkonsumsi jenis makanan ini dikarenakan labe

Solong Coffee Premium Beurawe

Kota Banda Aceh sudah sewajarnya apabila disebut sebagai kota nya Kedai Kopi. Bagaimana tidak, kita dapat dengan mudah mencari sebuah warung kopi di Kutaraja ini. Jarak yang sangat berdekatan tidak mempengaruhi grafik pengunjung. Beberapa hal yang saya perhatikan bahwa kebanyakan pengunjung datang karena sudah berlangganan. Hanya beberapa saja yang tak sengaja singgah atau datang karena penasaran. Ajakan teman bisa jadi sebuah alasan untuk mengunjungi sebuah kedai kupi. Seperti ketika saya mengunjungi Solong Coffee Premium di Beurawe. Beberapa kali melintasi daerah ini tidak membuat saya serta merta singgah ke Solprem begitu sebutan kede kupi ini. Karena sudah kerap ngopi di Solong Lampineung dan Solong Ulee Kareng tidak membuat saya penasaran dengan cabang Solong terbaru ini. Yang menjadi acungan jempol saya adalah Solong dimanapun berada tidak menyediakan layanan internet. Sehingga pengunjung yang datang benar benar menikmati kopi dan bersilaturahmi. Inilah esensi sebenarnya dari seb

Nostalgia Bersama Antar Lintas Sumatera

Bagi kebanyakan orang di Sumatera dan sebagian Jawa tentunya pernah mendengar nama ALS. Jika mendengar kata tersebut pasti yang terlintas dalam benak adalah bus tua dengan muatan barang sampai ke atap. Moda transportasi ini memang mengarungi hampir 3/4 Kota Kota di  Pulau Sumatera hingga nyaris ke ujung timur Pulau Jawa. Perusahaan Otobus yang berbadan hukum Perseroan Terbatas ini mempunyai nama panjang Antar Lintas Sumatera. Wajar saja ALS berani membawa nama besar Sumatera karena rute yang terbilang panjang di Sumatera. Beberapa tahun kemarin saya masih berkesempatan melihat ALS lalu lalang di Terminal Batoh Banda Aceh. Tetapi tak bertahan lama, sekarang tak terlihat lagi. Praktis hanya beberapa PO saja yang melayani rute Banda Aceh - Bakauheni - Jakarta seperti PMTOH, Pelangi, dan Kurnia. Anggapan sebagai bus tua mungkin saja bisa kita kesampingan di era sekarang ini. Pertengahan 2006 saya pernah mencoba Rute Medan - Bandung hanya saja saya hanya ikut dari Prapat hingga ke Lubuk Li

Goyang Lidah Rumah Makan Jenifer Calang

Jika kita berada di daerah pesisir maka seafood dan jenis makanan laut yang akan menjadi idola kuliner setempat. Tidak jauh berbeda dengan yang saya kunjungi kali ini. Hanya saja makanan non seafood menjadi ikon yang cukup menarik menurut saya. Jenifer begitulah papan nama yang saya baca di depan kedai makan sederhana ini. Tampilan depan memang kurang meyakinkan karena betapa sederhananya rumah makan ini. Ketika saya datang memang belum jam makan siang sehingga pengunjung tidak ramai. Lokasinya sangat strategis karena di tengah kota. Jika merasa sulit mencarinya, dari simpang tiga pinggir pantai Calang ke arah Mesjid Besar Calang. Bila mesjid belok ke kiri, maka letak rumah makan ini belok ke kanan setelah simpang tiga menuju Mesjid. Perlahan mulai tampak kehidupan di rumah makan ini. Sengaja saya minta makanan dihidangkan seperti makan di warung Minangkabau. Hanya ingin mengetahui bagaimana lidah saya menentukan yang pas dalam rasa. Aroma ikan bakar rasanya tak jauh berbeda dengan dae

Transportasi Dari Bandara Sultan Iskandar Muda

Beberapa tahun berada di Kutaraja membuat beberapa sahabat menanyakan beberapa hal yang rasanya kerap terulang. Apakah disini aman, bagaimana makanan di Aceh, bagaimana keragaman agama dan budayanya? Hal demikian sama ketika di awal saya berada di Tanah Rencong ini. Jangan ragu datang ke surga nusantara. Disini cukup aman bahkan Serambi Mekkah lebih aman dari Ibukota. Selain pertanyaan-pertanyaan tentang Sabang, tidak jarang kawan kawan menanyakan bagaimana cara menuju terminal, pelabuhan atau kota dari Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh. Ada beberapa pilihan sebenarnya moda transportasi dari bandara yang satu ini.

Long Angen Sisi Lain Sabang

Laju kendaraan roda dua mulai berkurang ketika hampir memasuki simpang tiga Balik Gunung, yang simpang tiga ini karena hanya ada satu simpang tiga mengarah ke kiri di lokasi ini. Terdapat beberapa kede kupi dan kede mie   di sekitar lokasi ini. Seperti biasa lalu lintas Gapang – Iboih tidak terlalu ramai seperti lalu lintas di Sabang Kota. Memasuki daerah Balik Gunung suasana sepi dan sunyi akan sangat terasa. Hanya ada beberapa rumah pemukiman warga, beberapa penginapan seperti The Pade Hotel, dan komplek militer. Selepas komplek militer kita hanya akan menemui jalanan mulus yang sepi dan semak belukar di sepanjang jalan. Terlihat beberapa kendaraan roda dua terparkir di tepi jalan selepas komplek militer tadi. Sepintas tidak akan terlihat dari tepi jalan aktivitas yang dilakukan pengunjung tersebut.   Bila diperhatikan dengan seksama maka akan terlihat   jalan setapak yang kurang terawat. Berjalan diantara semak belukar dan rindangnya pepohonan Balik Gunung membuat kita seolah

Street Hunting Bus di Seulawah

Banda Aceh masih pagi benar ketika azan subuh berkumandangan di telinga. Sayup sayup suara ponsel berbunyi. Ada panggilan berulang ulang rupanya. Entah kenapa akhir akhir ini cuaca malam Banda Aceh cukup sejuk. Membuat saya tidur dengan lelap. Kawan kawan dari Aceh Bus Lovers sejak kemarin sore bersengaja untuk meniatkan diri melihat kedatangan bus bus malam dari Medan di area Seulawah. Seulawah sendiri merupakan lintasan yang cukup menarik. Kontur tanah yang berbukit bukit membuat jalur dibuat seperti roller coaster. Bila kawan kawan di Riau punya lintasan Minas, di Jawa Barat ada Nagreg, di Sumatera Barat ada Kelok Sembilan, kiranya bolehlah kami berbangga jika memiliki Seulawah. Semuanya mempunyai corak yang berbeda dengan kekhasan yang tak sama satu sama lain. Lintasan masih sangat sepi subuh saat itu. Setelah keluar dari Kota Banda Aceh sejauh belasan kilometer barulah kami berpapasan dengan armada bus sore dari Medan. Terlihat Pusaka dan Putra Pelangi Perkasa melintas. Sempat ber

Royal Otobus

Awalnya saya sangat asing dengan nama Perusahaan Otobus satu ini. Maklum Royal Otobus memang sangat jarang terdengar di telinga. Bila mendengar kata Royal, sepintas akan teringat perusahaan otobus di sebuah Negara di Asia. Tetapi kali ini berasal dari Bumi Serambi Mekkah. Sejak awal tahun 2014 Royal kerap menjadi perbincangan kawan kawan di komunitas Aceh Bus Lovers. Terutama kawan kawan yang berdomisili di Banda Aceh. Selain menjadi bahan perbincangan yang menarik tentunya rasa penasaran selalu menghampiri bila mendengar kata Royal. Gosip yang beredar membawa kami bermimpi bahwa Royal sedang dalam Karoseri Adiputro saat itu. Hingga bosan membuat saya enggan menanti kedatangan armada Royal. Karena hingga saat ini jarang sekali saya melihat jarak gossip dan launching armada baru di Banda Aceh mempunyai jeda waktu yang sangat panjang hingga berbulan bulan. Melihat kebiasaan perhelatan bus di Aceh, bila kabar burung terlalu jauh sudah dipastikan bahwa gossip tersebut tidak benar.

Canai Mamak Kualalumpur

Banda Aceh petang itu baru saja diguyur hujan. Cuaca yang biasanya gerah meski sudah gelap sudah tak asing bagi warga. Maklum saja Banda Aceh sangat dekat dengan laut. Seperti daerah pesisir kebanyakan suhu udara yang cukup tinggi menjadi identitas yang sangat berbeda dengan daerah dataran tinggi. Sejuk kali ini terasa nyaman. Apalagi ketika jalanan nyaris terbebas dari debu debu yang beterbangan. Disini tidak seperti Balikpapan, dimana jalanan kerap dibersihkan bahkan di pel sehingga tidak ada lumpur mengering yang akan menghasilkan debu.   Bahkan ada peraturan disana, bahwa setiap kendaraan bermotor tidak boleh mengotori aspal jalan raya. Asumsinya bahwa ban tidak boleh berlumpur dan muatan tidak boleh tercecer di jalanan. Semoga kelak Banda Aceh juga bisa seperti Balikpapan yang notabene bukan kota Madani. Cuaca seperti ini memang akan sangat jarang ditemukan di Kutaraja. Sehingga saya bersemangat untuk menikmati kuliner yang tak jauh dari kediaman. 

Timphan Asoe Kaya

Timphan bagi penduduk Aceh jajanan ini tidaklah asing di telinga. Makanan ringan satu ini kerap kita temui pada penjual jajanan di pasar tradisional. Bagi anda yang pernah mengunjungi Kede Kupi, juga tidak asing dengan timphan. Makanan berbalut daun pisang muda ini biasanya turut disajikan bersama dengan minuman yang kita pesan. Jajanan yang dibalut dengan daun pisang berwarna kuning ini membuat kita penasaran akan isi dan rasa yang terkandung di dalamnya. Sebenarnya bentuk makanan ini pernah saya temui juga di beberapa daerah di Pulau Jawa sana, hanya saja rasa yang membuatnya berbeda.   Timphan Asoe Kaya sangat berbeda dengan makanan sejenis di tempat lain, karena di dalamnya berisi srikaya. Bahkan tidak jarang kita temui modifikasi racikan dengan memasukkan durian ke dalamnya. Jika kita belum pernah mencoba timphan tentunya akan malas menyentuh makanan ini karena balutan daun pisang yang selalu basah. Mungkin karena sedikit lengket membuat orang-orang enggan menyentuhnya

Angkringan Banda Aceh rasa Yogyakarta

Dari tepi jalan menuju pelabuhan Ulhe Lhe sekilas kedai ini tak terlihat. Letaknya sebelah kiri jalan kira kira 1km dari Museum Tsunami. Nyaris tepat di seberang Dhapu Kupi Ulhe Lhee. Sebuah gerobak khas angkringan di Pulau Jawa terlihat menyambut tamu yang berkunjung. Tampak cirri khas teko alumunium di tepi gerobak. Biasanya teko ini berisi air panas yang terdapat bara api di bawahnya. Tak asing layaknya gerobak angkringan yang sering saya lihat di Jogja. Beberapa nampan plastik turut bersanding menampung beberapa jenis gorengan. Ah jadi ingat Weleri, dulu sering berkunjung kesana. Tak jarang pula menikmati jajanan khas angkringan disana. Dulu kalau sehabis belanja atau membantu pekerjaan rumah kerap diberi uang jajan sama Mak Tua. Seribu rupiah memang tak banyak, tapi cukup untuk segelas es teh manis dan 2potong gorengan. Sekarang entah berapa harganya di Weleri sana. Beberapa potong sate telur puyuh turut meramaikan tempat jajanan gerobak saat itu. Ada juga sate ati ampela b

Jangan Pernah Ke Sumatera

Dua tahun terakhir ini nyaris hingga 3 kali mengelilingi Sumatera menggunakan bus. Meski tidak semua daratan Sumatera saya kunjungi, setidaknya berpindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu bus ke bus lainnya merupakan sebuah kenikmatan yang tiada tara. Selain bisa mencicipi kuliner yang khas, keindahan alam yang mungkin tidak ada di tempat lain, bila beruntung kita bisa melihat kebudayaan khas dari kota yang kita kunjungi tersebut. Sempat terlintas berkeinginan kembali mengulang berkunjung tempat-tempat indah di Sumatera seperti teman teman lain yang menggunakan kendaraan pribadi. Apa daya belum ada kendaraan pribadi yang terbeli Mungkin ke depan bisa terbeli kelak temani piknik keliling Sumatera lagi.

Rasa Warung Kopi

Warung kopi, siapa gerangan orang yang tidak pernah mendengar kata tersebut.   Jika mendengar kata Aceh maka akan langsung terbersit kata kopi di benak kita. Betapa tidak, Aceh terkenal dengan kenikmatan kopi terbaik di dunia. Begitupun dengan Banda Aceh pantas mendapat julukan Kota Seribu Warung Kopi. Ketika saya bersepeda menyusuri Jl. Panglima Nyak Makam, terlihat jelas belasan Warung Kopi di sepanjang jalan. Anehnya lagi warung kopi di daerah ini tidak pernah sepi. Tampaknya sudah mempunyai pelanggannya masing masing. Tua muda terlihat berkumpul di warung kopi. Ada yang sendiri, bersama teman, bahkan dengan keluarga. Dewasa ini warung kopi telah beralih fungsi. Sebelum-sebelumnya warung kopi dijadikan ajang silaturahmi warga sekitar. Ada yang membahas kegiatan kampung, hingga pembahasan jual beli barang. Tidak jarang juga warung kopi digunakan sebagai tempat sosialisasi kebijakan pemerintah maupun kebijakan adat. Seiring kemajuan jaman, warung kopi tidak lagi sekedar men

Senja TPI Baru Lampulo

Tidak sering rasanya, hanya saja beberapa kali saya senang menikmati hiruk pikuk Tempat Pelalangan Ikan di Lampulo. Beberapa pekan kemarin sengaja kembali berkunjung. Ternyata TPI tersebut sudah pindah ke tempat yang baru. Tidak jauh dari TPI yang lama, saat ini sudah berada di tepi laut. Beberapa kilometer jaraknya dengan TPI yang lama. TPI Lampulo yang baru ini kesannya kurang menarik di awal. Bagaimana tidak, jalan akses menuju lokasi ini berbatu dan berdebu. Bila malam tiba akan terasa karena kurangnya penerangan jalan. Tidak banyak rambu rambu yang menunjukkan lokasi TPI baru. Badrul seorang kawan yang tidak jauh tinggal dari lokasi tersebut mengantarkan saya sore itu. Mungkin kalau tidak diantarkan beliau, sudah barang tentu saya meraba raba dan kebingungan.

PMTOH Datangkan Armada Baru, Pertama di Sumatera

MODA transportasi darat terutama di sektor angkutan penumpang khususnya Angkutan Antar Provinsi berkembang pesat di bumi Serambi Mekkah. Satu persatu perusahaan otobus di Aceh meremajakan armadanya secara menyeluruh dengan mendatangkan arma da terbaru dan merekondisi armada yang telah lama beroperasi. PMTOH sebagai salah satu perusahaan otobus tertua di Aceh selaku penyedia jasa transportasi di sektor angkutan massal juga tidak ingin tertinggal akan perkembangan moda transportasi darat saat ini. Setelah meramaikan lintasan Banda Aceh Medan dengan mesin-mesin berbalutkan bodi Jetbus, PMTOH kini turut bersaing dengan mendatangkan armada berbalutkan Jetbus HD 2, 28 seat, full AC, Wifi dan Toilet. Seri Jetbus HD 2 merupakan keluaran terbaru dari genre sebelumnya yaitu Jetbus HD.

Bus Malam Banda Aceh Medan

Maaf sebelumnya bukan bermaksud membanding-bandingkan hanya sekedar bentuk apresiasi saya terhadap perkembangan bus di Aceh :D Mungkin sejak beberapa puluh tahun silam kita hanya mengenal bahwa armada bus yang sampai ke Banda Aceh sebagai terminal bus paling barat Indonesia hanyalah bus kelas ekonomi, tanpa AC, tanpa toilet, tanpa selimut. Tetapi itu mungkin dulu, masa masa jaman tak enak. Meski biar bagaimanapun sejarah adalah cerita yang tak boleh dilupa. masa lalu Hingga masa pahit itu beranjak dari Tanah Rencong, Aceh Lon Sayang. Seiring dengan berjalannya waktu, gejolak pertumbuhan ekonomi di Aceh kembali menggeliat. Hal ini turut memacu moda transportasi sebagai modal awal penggerak ekonomi. Perlahan tapi pasti beberapa perusahaan bus di Aceh mulai memainkan peranan teknologi untuk meningkatkan daya saing.