Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

The Panasdalam - Librani Outche Envirie

sperti apa, rasanya dulu selagi kau masih ada bila ini yang kudapati macam begini kacau hatiku bila boleh sekali lagi kuingin ulang kembali untuk akan menahan diri agar tak ada luka agar tak pergi purnama tertusuk ranting pohon angkasa hatiku yang sunyi berapa lamakah hingga nanti hingga kau datang lagi

Sehari bersama Pembangunan Semesta

Pagi di Pinang Baris, masih pukul 08 waktu Medan dan sekitarnya. Turun dari angkot warna merah entah no berapa, pastinya dari Padang Bulan. Niat hati sebenarnya ingin ke Tangkahan, tetapi masih ragu karena jadwal bus ke lokasi masih sangat terbatas. Maklum bukan trayek yang cukup basah. Pembangunan Semesta, itulah nama bus yang dapat digunakan untuk mencapai Tangkahan. Warnanya oren, mirip mirip minibus Rajabasa - Panjang di Lampung sana. Karena masih terlalu pagi, didapatlah bangku "hot seat" tepat di belakang supir. Kira kira setengah jam lamanya bus parkir di luar terminal. Bus kemudian melaju perlahan mengarungi jalur Medan - Langkat. Meski terkesan sangat ekonomis karena dilihat dari fasilitasnya, Pembangunan Semesta memiliki penggemar yang tak sedikit. Di titik titik tertentu beberapa penumpang mulai naik. Mungkin sebagai trip perdana di pagi ini setelah matahari muncul, pengguna jasa layanan Pembangunan Semesta banyak yang menunggu. Rasanya lebih enak menyebutkan

Lombok, Last Trip 2012 (part 7)

Tiba di kediaman Rido, mandi dan bersih bersih diri. Kali ini Amak sedikit kecewa karena kami besok sudah bertolak dari Lombok. Biasanya setiap yang datang kemari, maka akan ada jamuan besar. Lagi dan lagi kami menikmati santap malam khas Lombok. Ada beragam makanan disini, ada ikan yang digiling kemudian dijadikan sate. Ada juga sayur terong. Malam itu ternyata Amak mengundang pemain ketipung dan gambus untuk menikmati malam tahun baru. Alhasil kami menikmati lagu lagu khas Lombok. Sesekali kawan kawan Amak, bapak tua itu berdiri menari. Perfect sekali, seperti penari yang sangat terlatih. Gerakan tangan yang gemulai, sesekali goyang pinggul yang menawan menghasilkan gelak tawa di ruangan ini. Hingga tahun berganti kami masih menikmati lantunan mesra musik tradisional Sasak ini. Tak berakhir di ruangan itu, kami pindah lokasi di teras luar, di atas gubuk kecil. Hampir pagi, mama ternyata membuatkan kami nasi goreng tumpeng khas Sasak.

Lombok, Last Trip 2012 (part 6)

Hari ini tak perlu menyewa kendaraan, selepas mandi kami akan menuju Air Terjun Benang Kelambu. Dengan kendaraan pick up bak terbuka sebagai penuntunnya. Tak lupa kami dibekali nasi, sayur serta ayam sebagai lauknya. Jalanan semula beraspal tebal, kembali menjadi bebatuan. Kira kira 40 menit berada di jalanan kami bertemu turis asing, “Where do you going?” “Benang Stukel Waterfall”, “Follow me”. Kedua gadis manis itu turut mengikuti kami dari belakang dengan kendaraan matik mereka. Tak lama mereka kemudian berhenti, karena alur kami membingunkan mereka. Mungkin tidak sesuai dengan peta mereka. Di tikungan terakhir mereka tak lagi terlihat setelah 10 menit rasanya mengikuti kami. Ternyata Air Terjun Benang Setukel dan Benang Kelambu itu tidak lah berjauhan.Setelah menapaki jalan mendaki dan berlumpur tibalah kami di depan pintu masuk lokasi tersebut. Dengan membayar retribusi sebesar seribu rupiah per orang maka kendaraan kami parkirkan di halaman depan. Belum tampak kalau ada tand

Lombok, Last Trip 2012 (part 5)

Tiba di rumah paman, bibi dan keluarga telah menyiapkan hidangan makan siang. Beberapa bakul nasi juga kari ayam. Rupanya tadi bibi memotong ayam untuk kami. Setelah mencuci tangan dan kaki dengan air yang mengucur dari kendi santap siang segera dilaksanakan. Jamuan yang sungguh luar biasa bagi kami yang barus saja dikenalkan kepada paman. Mungkin seperti inilah ramah tamah Suku Sasak. Sembari santap siang, paman sesekali berkelakar. Duet yang fantastis antara Bang Heri dan Paman, kesah disambung dengan kesah. Selepas makan, kopi kembali mengaliri lambung. Mungkin jika kita mampir di 10 rumah, maka akan ada   10gelas kopi yang kita minum bila di Lombok ini. Apa lagi cerita? Di tengah kenyang melanda, rupanya sudah ada air nira.

Lombok, Last Trip 2012 (part 4)

Jerowaru merupakan sebuah desa di Lombok Timur. Kami tempuh dengan perjalanan kurang lebih 2 jam. Apa menariknya Jerowaru? Mungkin saja saya tidak tahu. Tetapi daerah ini merupakan penghasil lobster dan kerapu. Maka dari itu Jerowaru memiliki dermaga yang lumayan besar. Meski jarang masuk kapal besar. Untuk mengganjal perut, maka roti dan makanan ringan adalah solusinya. Hampir memasuki lokasi Jerowaru, jalanan menyempit. Berbeda jauh dengan lintasan selama di kota tadi. Mungkin karena malam maka gelap adalah teman dari perjalanan. Nyaris pukul 9 malam waktu Jerowaru kami tiba disana. Tak lama hidangan khas Sasak sudah kembali di depan mata.

Lombok, Last Trip 2012 (part 3)

Pagi kembali, segar setelah mandi, sarapan sudah pasti, apalagi ada kopi, hari ini kita ke Gili!!! Dengan mobil sewaan, 300K sehari, rasanya ini lebih murah untuk keliling Lombok beberapa hari ini dengan 9 orang di dalamnya. Setelah pamit ke Amak dan Mama (ibu Rido) maka melaju lah kami ke pusat kota untuk mencari SPBU. Setelah mengisi perbekalan, putaran roda diarahkan ke Pasar Kuliner Lombok Barat. Untuk mencicipi jajanan khas Lombok. Air Nira nya bisa menjadi recommended deh kalau mampir kesini. Banyak buah-buahan segar juga di lokasi ini. Jika beruntung, kita dapat bercanda tawa dengan orang utan yang jinak di pinggir jalan. Pasar ini tepatnya berlokasi di perbatasan Lombok Barat juga Lombok Utara. Sebagai jalan masuk ke dua daerah tersebut, tentunya pasar ini selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang yang melintasi. Selain lokasi yang sejuk, lokasi pasar ini juga asri dipayungi rindang pepohonan.

Lombok, Last Trip 2012 (part 2)

Ketika mata terbuka, terbelalak sempurna melihat keindahan Banyuwangi dikala subuh dari atas ketinggian ini. Matahari malu malu, sedang embun pagi terus bercumbu. Sampailah di terminal Banyuwangi jam 7 pagi. Harus naik angkot katanya ke Pelabuhan 10K per orang. Aih dimakan calo tampaknya kami pagi ini. Tak apalah, singgah di minimarket mengisi perbekalan juga menumpang mandi. Naiklah ke kapal dengan tujuan Gilimanuk seharga 6K per orang. Akhirnya kembali lagi dengan pelayaran ini setelah Desember 2010 menikmati yang pertama dan terakhir kalinya. Menikmati nasi bungkus 5 ribu rupiah cukup menentramkan mata. Seperti biasa, kami turun dari kapal lantas periksa KTP yang sudah mati, dan menuju terminal Gilimanuk. Deal 25K sampai Denpasar.

Lombok, Last Trip 2012 (part 1)

Tiba di Stasiun Tugu Jogja, malam itu 26 Desember 2012 tepat pukul 00.35 WIB. Kereta Malabar ini telat lagi ternyata. Jadilah dijemput Ilka kawan yang kuliah di Jogja. Dengan sepeda motornya melaju santai ke rumah kontrakan, menanti kawan lama Poltak disana dengan sekawanan lainnya. Karena perut lapar, jadilah meluncur menikmati soto sampah, ah mungkin saja saya lupa namanya. Yang pasti alunan biola musisi jalanan itu nyaman di telinga. Dalam perbincangan hangat beberapa minggu sebelumnya, Malang menjadi tujuan akhir tahun ini. Tetapi perbincangan yang beralih di sebuah kedai kopi yang lagi lagi saya lupa namanya tetap tak membuahkan kata puncak bahwa kita harus ke Malang.