Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

Makassar Lagi

Kembali lagi ke Makassar, kali ini tak banyak cerita yang akan diceritakan. Mungkin hanya beberapa gambar saja yang bisa dibawa pulang :D Meski tak banyak, ada beberapa kesan yang tergores dalam perjalanan kali ini. Menikmati sunset dari dalam kabin air bus nya Garuda mengawali cerita ini. Meski sampai Makassar malam tak menyurutkan hati untuk memulai membuat lidah ini bergoyang. Kuliner Makassar memang tiada dua nya di dunia. Seporsi besar Mie Titi mengawali pertemuan kali ini. Keesokan hari hujan seharian mengguyur Makassar. Sore baru bisa keluar menikmati Kota Daeng. Manalagi selain Losari. Sebelumnya menikmati SCANIA khas Ujungpandang. Dengan balutan Scorking membuat bus-bus di Makassar ini semakin gagah. Rutenya Toraja bahkan sampai ke utara lagi. Mungkin nanti lain waktu kita akan mencobanya. Sebelum gelap datang ada baiknya menikmat Roterdam. Sebuah lahan peninggalan masa perang dulu. Hingga kini masih terawat. Sayang waktu tak banyak, jadi hanya sekedar melihat-lihat saja. Ses

Pesiar di Kantor Pusat Sempati Star

Gerimis mulai turun di kota Medan malam itu tepat Sabtu, 16 Nopember 2013. Malam ini bertemu dengan kawan-kawan dari BMC Padang, BisMania Riau, Medan Bisser, bersama Aceh Bus Lovers. Menyusuri aspal yang dibasahi hujan  melintasi garasi bus-bus Aceh di Medan.  Tepat di depan Kantor Pusat Sempati Star roda empat yang dipacu berhenti. Pool Sempati Star ini tepat berada di JL,ASRAMA (PONDOK KELAPA) NO.19 -20, TELP : 061 -8440715. Sepintas kemegahan terlihat dari Bus Sempati Star yang akan berangkat di seberang pool . Warna kuning merah sangat kontras menembus malam. Sebenarnya sudah lama melihat bus ini di terminal Batoh Banda Aceh, beberapa kali juga berada di dalamnya. Turut serta dalam Road Test Perdana Sempati Star atau sekedar bepergian saja.  Tampak terang benderang cahaya lampu di halaman parkir pemberangkatan bus menuju Banda Aceh dan Takengon. Semakin gemerlap terlihat bus berwarna hitam kuning ini. Sekedar mengenang saja, Sempati Star perdana berwarna kuning merah,

Danau Toba The Wonderful Indonesia

Danau Toba? Siapa yang tak pernah mendengar nama daerah tersebut? Sepintas kembali ke masa kecil ketika sedang memainkan permainan monopoli. Ada daerah lain mungkin yang terlintas di benak seperti Pelabuhan Ratu, Tangkuban Perahu, Berastagih, juga Danau Toba tentunya. Bukanlah sebuah kesengajaan kenapa Danau Toba turut serta dijadikan sebuah ikon dalam permainan monopoli. Tentunya ada faktor faktor tertentu yang membuatnya diikutsertakan menjadi ikon-ikon keindahan nusantara. Banyak memang danau lain yang indah di nusantara ini, tetapi Danau Toba memiliki kekhasan tersendiri yang sangat jarang ditemukan di daerah lainnya.

Sepenggal Budaya Batak yang Tersimpan di Museum Hutabolon Simanindo

Ketika sampai di Danau Toba, yang terpikir dalam hati tentunya menikmati kesejukan air danau yang konon katanya terbesar di Indonesia juga Asia Tenggara. Selain Danau Toba, sebenarnya Pulau Samosir masih menyimpan bangunan-bangunan tradisional yang penuh eksotika. Jika kita datang dari Tomok dan hendak ke Pangururan atau sebaliknya, berbagai peninggalan sejarah Batak masih terlihat di sepanjang tepi jalan. Rumah Adat Batak yang berbentuk panggung dan atap menjulang ke arah depan dan belakang serta warna warna hitam, merah, putih khas Batak menambah semarak tanah ini. Sesekali terlihat tempat ibadah yang masih bermotifkan budaya serta ukiran Batak. Tidak jarang pula terlihat makam-makam Batak yang berdiri kokoh lagi megah. Pulau Samosir telah lama menjadi tujuan wisatawan domestic juga mancanegara. Sehingga warga tidak lagi heran apabila ada pengunjung yang ingin melihat-melihat keunikan rumah dan makam di sekitar mereka. Tidak sedikit pengunjung yang ingin menikmati bentuk bentuk kerag

"Wonderful Indonesia" Dalam Sebidang Layar Kaca

Ketika terpikat dengan daerah wisata yang baru saja dikunjungi kawan, beberapa hal yang terbersit di benak adalah bagaimana kawan bisa kesana, serta bagaimana cara kita bisa berkunjung kesana.   Tidak jarang bagi solo traveler yang diam-diam mencari informasi mengenai bagaimana menuju suatu tempat wisata. Cara yang terkesan mudah tetapi terkadang mendapatkan hasil yang kurang maksimal adalah melalui mesin pencari berita pada browser di internet.   Tentunya ada beberapa situs dari berbagai Negara yang menyajikan beragam informasi mengenai tempat wisata. Bahkan tidak jarang beberapa situs turut memfasilitasi individu maupun kelompok yang ingin berwisata. Tetapi tidak banyak destinasi wisata yang ditawarkan tentunya. Adalah  Indonesia Travel sebuah situs pariwisata yang memberikan informasi beragam wisata di Indonesia. Baik wisata yang sudah sering terdengar di telinga hingga tempat wisata yang masih awam dari pandangan mata.

Menikmati Sore Pulogadung

Pertama kali menginjakkan kaki di terminal Pulogadung, kesannya sangat semerawut. Angkutan kota parkir tidak teratur. Calo penumpang bus bebas berkeliaran di terminal. Petugas terminal kesannya acuh tak acuh. Pulogadung sedikit kumuh, karena sampah berceceran dimana mana. Pedagang kaki lima masih kurang teratur. Tetapi jika kita pikirkan itu semua, maka tidaklah sempat waktu untuk menikmati hal lainnya. Setelah masuk ke dalam terminal, maka terlihatlah beberapa bus tujuan timur Jawa terparkir sesuai dengan lintasannya masing-masing. Masih terlihat bus-bus lama terparkir disana. Stuttgart punya barang, masih mendominasi Pulogadung sore itu. Entah bagaimana saya menceritakannya, Prima Intercooler turut menemani OH 1521 hingga varian Mercedez Benz lainnya. Jika berbicara nama, dari Bejeu, Shantika, hingga Luragung (si raja pantura) turut memadati suasana Pulogadung yang sendu saat itu.Mungkin jika melihat Mercedez Benz tidaklah aneh bagi saya, karena sudah lazim digunak

Kenangan Perayaan Idul Fitri di Jorong Surau, Dharmasraya

Saya sendiri berdomisili di Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam. Ini pengalaman saya berlebaran di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Setelah sholat Ied, Kamis (8/8), jalanan sepi. Tidak tampak warga lalu lalang. Jalan masuk ke Jorong Surau di Kabupaten Dharmasraya ini nyaris sepi. Padahal beberapa hari sebelumnya ketika saya berkunjung ke Jorong Surau, jalanan tampak ramai. Sayup-sayup terdengar suara musik tradisional Minangkabau di telinga. Rupanya warga sedang berkumpul di pusat suara. Terlihat dari jauh kerumunan warga mengelilingi lapangan. Ternyata sedang ada kegiatan di Jorong Surau, tepatnya di depan gedung balai desa.

Aceh Culture Festival

Sangat beruntung karena bertepatan dengan perhelatan akbar Pekan Kebudayaan Aceh (Aceh Culture Festival) saya berada di Banda Aceh. Pekan Kebudayaan Aceh atau yang sering disingkat dengan PKA merupakan kegiatan rutin selama 4 tahun sekali yang diselenggarakan Pemerintah Aceh yang melibatkan seluruh kabupaten kota se Provinsi Aceh. Hal yang melatarbelakangi diselenggarakannya PKA adalah kebudayaan Aceh mampu memperkokoh jatidiri bangsa Indonesia. Kedudukan kebudayaan daerah menjadi sangat penting dalam membentuk  kepribadian bangsa. PKA dilaksanakan dengan tujuan melestarikan nilai budaya bangsa untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai agama. Beragam hal yang saya temui dalam perhelatan akbar PKA yang ke 6 ini. Selain tari-tarian, kita juga disuguhkan kesenian daerah yang mungkin jarang kita temukan seperti seni suara maupun seni drama tradisional. Hal yang paling menegangkan seperti debus saja bisa kita temukan di event ini. Selain kesenian tersebut, k

Road Tes R260 New Pelangi

Baru saja merasakan lembutnya Hino # R260 dari New Pelangi yang baru tiba di Banda Aceh. # R260 Mesin dengan tubo intercooler lebih tangguh dan irit sepertinya menjadi pilihan yang cocok untuk New Pelangi. # R260 sudah menggunakan transmisi sistem powershift tipe MF06S. Supir New Pelangi jadi lebih mudah memindahkan gigi bus :) Gosipnya Hino # R260 ini memiliki tanki minyak di bagian tengah badan bus. Sayangnya # R260 ini hanya mampu berlari sampai 118km/jam saja. Entah bagaimana caranya kalau mau dibuat lebih. Air Suspensionya masih Rigid Axle with Semi Elliptic Leaf Spring.   

Menggelandang ke Padepokan Efisiensi

Minggu itu 26 Mei 2013 jam 2siang kurang rasanya. Sudah berada di Padepokan Efisiensi. Banyak masyarakat awam menyebutnya dengan panggilan mesra Jeng Efi. Sekilas padepokan ini biasa saja. Mungkin karena belum begitu mengenal kondisi dan keadaan secara mendalam. Iya seperti yang dikatakan beberapa kawan, bahwa kita harus membumi dalam menikmati sesuatu. Membumi lantas masuk ke dalam bumi? Halaman parkir untuk pengunjung cukup luas. Kendaraan roda dua bisa diparkir di bagian kiri. Untuk pengunjung roda empat bisa memarkirkan kendaraannya di bagian kanan. Sedangkan untuk bagian tengah adalah tempat parkir armada yang akan berangkat ke Purwokerto dan Cilacap. Bus Efisiensi terkenal dengan Patas (cepat dan terbatas) dan Royal Class nya. Tapi bukan itu sebenarnya kali itu yang saya kejar. Saya butuh berangkat cepat sedangkan dapat tiket keberangkatan pukul 14.30. Tak apalah menanti 30 menit meski pada akhirnya bus berangkat jam 3 sore lebih. Jika delay apakah ada kompensasi :) ?  Pool

Seolah Olah Bangkok

Sore itu tepat hari Jumat di akhir April 2013 tiket bus menuju Medan sudah di tangan. Duduk di bangku nomor 2. Kebanyakan orang mengatakan bahwa ini adalah hot seat . Kita dapat leluasa melihat lajunya bus dan juga pemandangan di depan mata tentunya. Adalah Badrul yang telah membantu mencarikan bangku tersebut. Kami berkenalan sebelumnya di Aceh Bus Lovers. Sebagai juru ticketing Bus PMTOH, sudah beberapa kali saya memesan tiket kepada beliau. Kali ini nasib kurang berpihak, karena saya terlalu cinta bepergian dengan PMTOH plat nomor 7449. Tak apalah menggunakan 7448, hanya beda supir saja. Tepat pukul 20.00 bus sudah keluar terminal dan waktu berpamitan tiba. Sebelumnya Badrul sudah menelepon awak bus dan menginformasikan bahwa saya bersamanya di Kedai Kopi Cek Yuke di depan terminal tempat kami biasa menikmati malam. Bus melaju tenang, lain rasanya dengan bus yang biasa saya naiki. Bahkan dengan tenang supir menggiring roda-roda agar tetap pada koridornya. Jarang sekali mengejar

Kencan Dengan Bis Mania

Matahari pagi itu baru saja menampakkan diri di Kota Banda Aceh. Perlahan tapi pasti scooter Bung Dody membelah jalanan kota menuju terminal bus Batoh. Entah benar namanya atau tidak, tapi lazimnya demikian kebanyakan orang menyebut nama terminal ini. Lama juga tak menjenguk terminal bus antar kota antar propinsi ini. Bus-bus malam dari Medan tampaknya sudah banyak yang memasuki terminal. Sebenarnya pagi hari bukanlah waktu yang tepat untuk kencan dengan bus di terminal Batoh. Karena tidak jarang, bus yang masuk belum mandi jadi kesannya kurang cantik. Meski tak jarang ada beberapa kawan lainnya yang memang sengaja mengabadikan kulit bus yang masih kotor. Pagi ini gosipnya ada beberapa tamu dari Bis Mania Jakarta, Pekanbaru, Medan yang sengaja touring ke Banda Aceh. Tepatlah kiranya, karena beberapa kawan yang sudah saya kenal berada di tengah tengah terminal sembari berbincang dengan tamu-tamu tersebut. Sembari berkenalan, basa basi sedikit juga tak lupa diselingi dengan mengambil gam

The Panasdalam - Librani Outche Envirie

sperti apa, rasanya dulu selagi kau masih ada bila ini yang kudapati macam begini kacau hatiku bila boleh sekali lagi kuingin ulang kembali untuk akan menahan diri agar tak ada luka agar tak pergi purnama tertusuk ranting pohon angkasa hatiku yang sunyi berapa lamakah hingga nanti hingga kau datang lagi

Sehari bersama Pembangunan Semesta

Pagi di Pinang Baris, masih pukul 08 waktu Medan dan sekitarnya. Turun dari angkot warna merah entah no berapa, pastinya dari Padang Bulan. Niat hati sebenarnya ingin ke Tangkahan, tetapi masih ragu karena jadwal bus ke lokasi masih sangat terbatas. Maklum bukan trayek yang cukup basah. Pembangunan Semesta, itulah nama bus yang dapat digunakan untuk mencapai Tangkahan. Warnanya oren, mirip mirip minibus Rajabasa - Panjang di Lampung sana. Karena masih terlalu pagi, didapatlah bangku "hot seat" tepat di belakang supir. Kira kira setengah jam lamanya bus parkir di luar terminal. Bus kemudian melaju perlahan mengarungi jalur Medan - Langkat. Meski terkesan sangat ekonomis karena dilihat dari fasilitasnya, Pembangunan Semesta memiliki penggemar yang tak sedikit. Di titik titik tertentu beberapa penumpang mulai naik. Mungkin sebagai trip perdana di pagi ini setelah matahari muncul, pengguna jasa layanan Pembangunan Semesta banyak yang menunggu. Rasanya lebih enak menyebutkan

Lombok, Last Trip 2012 (part 7)

Tiba di kediaman Rido, mandi dan bersih bersih diri. Kali ini Amak sedikit kecewa karena kami besok sudah bertolak dari Lombok. Biasanya setiap yang datang kemari, maka akan ada jamuan besar. Lagi dan lagi kami menikmati santap malam khas Lombok. Ada beragam makanan disini, ada ikan yang digiling kemudian dijadikan sate. Ada juga sayur terong. Malam itu ternyata Amak mengundang pemain ketipung dan gambus untuk menikmati malam tahun baru. Alhasil kami menikmati lagu lagu khas Lombok. Sesekali kawan kawan Amak, bapak tua itu berdiri menari. Perfect sekali, seperti penari yang sangat terlatih. Gerakan tangan yang gemulai, sesekali goyang pinggul yang menawan menghasilkan gelak tawa di ruangan ini. Hingga tahun berganti kami masih menikmati lantunan mesra musik tradisional Sasak ini. Tak berakhir di ruangan itu, kami pindah lokasi di teras luar, di atas gubuk kecil. Hampir pagi, mama ternyata membuatkan kami nasi goreng tumpeng khas Sasak.

Lombok, Last Trip 2012 (part 6)

Hari ini tak perlu menyewa kendaraan, selepas mandi kami akan menuju Air Terjun Benang Kelambu. Dengan kendaraan pick up bak terbuka sebagai penuntunnya. Tak lupa kami dibekali nasi, sayur serta ayam sebagai lauknya. Jalanan semula beraspal tebal, kembali menjadi bebatuan. Kira kira 40 menit berada di jalanan kami bertemu turis asing, “Where do you going?” “Benang Stukel Waterfall”, “Follow me”. Kedua gadis manis itu turut mengikuti kami dari belakang dengan kendaraan matik mereka. Tak lama mereka kemudian berhenti, karena alur kami membingunkan mereka. Mungkin tidak sesuai dengan peta mereka. Di tikungan terakhir mereka tak lagi terlihat setelah 10 menit rasanya mengikuti kami. Ternyata Air Terjun Benang Setukel dan Benang Kelambu itu tidak lah berjauhan.Setelah menapaki jalan mendaki dan berlumpur tibalah kami di depan pintu masuk lokasi tersebut. Dengan membayar retribusi sebesar seribu rupiah per orang maka kendaraan kami parkirkan di halaman depan. Belum tampak kalau ada tand

Lombok, Last Trip 2012 (part 5)

Tiba di rumah paman, bibi dan keluarga telah menyiapkan hidangan makan siang. Beberapa bakul nasi juga kari ayam. Rupanya tadi bibi memotong ayam untuk kami. Setelah mencuci tangan dan kaki dengan air yang mengucur dari kendi santap siang segera dilaksanakan. Jamuan yang sungguh luar biasa bagi kami yang barus saja dikenalkan kepada paman. Mungkin seperti inilah ramah tamah Suku Sasak. Sembari santap siang, paman sesekali berkelakar. Duet yang fantastis antara Bang Heri dan Paman, kesah disambung dengan kesah. Selepas makan, kopi kembali mengaliri lambung. Mungkin jika kita mampir di 10 rumah, maka akan ada   10gelas kopi yang kita minum bila di Lombok ini. Apa lagi cerita? Di tengah kenyang melanda, rupanya sudah ada air nira.

Lombok, Last Trip 2012 (part 4)

Jerowaru merupakan sebuah desa di Lombok Timur. Kami tempuh dengan perjalanan kurang lebih 2 jam. Apa menariknya Jerowaru? Mungkin saja saya tidak tahu. Tetapi daerah ini merupakan penghasil lobster dan kerapu. Maka dari itu Jerowaru memiliki dermaga yang lumayan besar. Meski jarang masuk kapal besar. Untuk mengganjal perut, maka roti dan makanan ringan adalah solusinya. Hampir memasuki lokasi Jerowaru, jalanan menyempit. Berbeda jauh dengan lintasan selama di kota tadi. Mungkin karena malam maka gelap adalah teman dari perjalanan. Nyaris pukul 9 malam waktu Jerowaru kami tiba disana. Tak lama hidangan khas Sasak sudah kembali di depan mata.

Lombok, Last Trip 2012 (part 3)

Pagi kembali, segar setelah mandi, sarapan sudah pasti, apalagi ada kopi, hari ini kita ke Gili!!! Dengan mobil sewaan, 300K sehari, rasanya ini lebih murah untuk keliling Lombok beberapa hari ini dengan 9 orang di dalamnya. Setelah pamit ke Amak dan Mama (ibu Rido) maka melaju lah kami ke pusat kota untuk mencari SPBU. Setelah mengisi perbekalan, putaran roda diarahkan ke Pasar Kuliner Lombok Barat. Untuk mencicipi jajanan khas Lombok. Air Nira nya bisa menjadi recommended deh kalau mampir kesini. Banyak buah-buahan segar juga di lokasi ini. Jika beruntung, kita dapat bercanda tawa dengan orang utan yang jinak di pinggir jalan. Pasar ini tepatnya berlokasi di perbatasan Lombok Barat juga Lombok Utara. Sebagai jalan masuk ke dua daerah tersebut, tentunya pasar ini selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang yang melintasi. Selain lokasi yang sejuk, lokasi pasar ini juga asri dipayungi rindang pepohonan.

Lombok, Last Trip 2012 (part 2)

Ketika mata terbuka, terbelalak sempurna melihat keindahan Banyuwangi dikala subuh dari atas ketinggian ini. Matahari malu malu, sedang embun pagi terus bercumbu. Sampailah di terminal Banyuwangi jam 7 pagi. Harus naik angkot katanya ke Pelabuhan 10K per orang. Aih dimakan calo tampaknya kami pagi ini. Tak apalah, singgah di minimarket mengisi perbekalan juga menumpang mandi. Naiklah ke kapal dengan tujuan Gilimanuk seharga 6K per orang. Akhirnya kembali lagi dengan pelayaran ini setelah Desember 2010 menikmati yang pertama dan terakhir kalinya. Menikmati nasi bungkus 5 ribu rupiah cukup menentramkan mata. Seperti biasa, kami turun dari kapal lantas periksa KTP yang sudah mati, dan menuju terminal Gilimanuk. Deal 25K sampai Denpasar.

Lombok, Last Trip 2012 (part 1)

Tiba di Stasiun Tugu Jogja, malam itu 26 Desember 2012 tepat pukul 00.35 WIB. Kereta Malabar ini telat lagi ternyata. Jadilah dijemput Ilka kawan yang kuliah di Jogja. Dengan sepeda motornya melaju santai ke rumah kontrakan, menanti kawan lama Poltak disana dengan sekawanan lainnya. Karena perut lapar, jadilah meluncur menikmati soto sampah, ah mungkin saja saya lupa namanya. Yang pasti alunan biola musisi jalanan itu nyaman di telinga. Dalam perbincangan hangat beberapa minggu sebelumnya, Malang menjadi tujuan akhir tahun ini. Tetapi perbincangan yang beralih di sebuah kedai kopi yang lagi lagi saya lupa namanya tetap tak membuahkan kata puncak bahwa kita harus ke Malang.

Mesjid Indrapuri, Masa Lalu Budaya Hindu di Aceh

Ada satu lokasi wisata sejarah yang menarik saya temukan sepintas ketika brwosing browsing. Mesjid Indrapuri di kawasan Kabupaten Aceh Besar. Kenapa saya katakan lokasi wisata sejarah yang menarik? Siapa yang menyangka bahwa Mesjid Indrapuri dulunya merupakan pusat peradaban Hindu di Aceh. Di daerah ini juga warga Hindu di Aceh dulunya mengembangkan kebudayaan dan pendidikan. Mesjid Indrapuri dapat ditempuh dari Banda Aceh dengan berkendaraan kira kira 30-40menit. Lokasi Mesjid Indrapuri ini berada di tengah tengah pemukiman penduduk. Meski lokasinya berada di dalam, mesjid ini tidak akan sulit ditemukan. Setiap warga sekitar yang ditanya, akan langsung memberitahu lokasi mesjid bersejarah ini.

Rayuan Kuliner Lampineung

Pagi baru saja beranjak, matahari kembali menapaki Jalan Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Roda sepeda masih menemani keringat pagi yang enggan beranjak dari badan. Kepulan asap dari jauh samar terlihat. Jelas terlihat sebuah drum di tepi jalan yang mengeluarkan api perlahan tapi pasti. Malu malu asap putih abu abu jelas mengepuli ketan kecil berselimutkan daun pisang yang hijau benar. Pulut Ketan Bakar, begitulah tenar nama jajanan ini di Aceh. Sesekali kendaraan singgah untuk membeli beberapa potong Pulut Ketan tersebut. Bahkan tidak jarang yang langsung memakannya di lokasi tersebut. Pulut Ketan merupakan satu dari sekian banyak jajanan pagi yang biasa singgah di kedai kopi. Makanan ringan khas Aceh ini kerap dijadikan sebagai sarapan pagi.

Cerita Pasar Ikan Lampulo Yang Masuk Media Indonesia

Ada semacam senang atau katakanlah haru biru. Sebuah artikel yang dikirimkan ke dalam sebuah thread di Traveller Kaskus menjadi pilihan Media Indonesia Travelista. Event ini memang diselenggarakan oleh MI bekerjasama dengan Traveller Kaskus. Tentunya gelaran ini dibuat untuk menumbuhkembangkan minat pecinta wisata Indonesia saling berbagi. Terutama berbagi cerita dalam media tertulis. Sehingga pengalaman yang didapat dapat dijadikan acuan peminat wisata domestik untuk datang mengunjungi lokasi wisata yang dimaksud. Sebenarnya tidak perlu jauh keluar kota untuk menentukan sebuah lokasi wisata. Terkadang hiruk pikuk pasar di dalam kota bisa menjadi sebuah lokasi wisata yang menarik. Seperti Pasar Ikan Lampulo di Banda Aceh. Kesibukan aktifitas di pasar ikan tersebut bisa menjadi tontonan yang menarik. Selain kesibukan pasar yang cukup padat, sunset di lokasi ini bisa menjadi daya tarik lain yang jarang ditemukan di pasar-pasar lainnya.

Air Panas Ya Ie Suum

Siang belum lagi berlalu dari pandangan mata. Rasa penat menjalar hingga ujung kepala. Sebenarnya banyak tempat wisata di sekitaran Banda Aceh ini, tetapi kesannya seperti tidak ada. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tempat melepas penat haruslah tempat hiburan yang mengikuti perkembangan jaman. Di era modern seperti ini tempat tempat yang dipenuhi hingar bingar suara selalu identik dijadikan sebagai tempat melepas penat. Tempat hiburan yang nyaman, bersih serta ruangan dingin dan sejuk menjadi pilihan pelampiasan penat kaum muda sekarang ini. Bukanlah hal seperti itu yang menjadi pikiran kali ini dalam kepala. Sebenarnya banyak tempat wisata alam tersedia di sekitaran Banda Aceh. Wisata pantai, sungai hingga air terjun. Jika ingin merasakan sensasi yang berbeda, kunjungilah Ie Suum.

Tidak Ada Pelecing, Bukan Sasak Namanya

Hari ini hujan rata mengguyur Mataram, Lombok dan sekitarnya. Di awal tahun 2013 Indonesia memang rentan diguyur hujan. Jadi jangan sungkan jika bepergian di periode musim hujan membawa payung. Untuk menjaga kondisi badan, asupan gizi dan makanan yang cukup bisa menjadi pendorongnya. Tentunya makanan dengan komposisi rempah rempah asli dapat membantu menjaga kehangatan tubuh. Sehingga tubuh tidak rentan diserang berbagai macam penyakit. Jika ada waktu berkenan, singgahlah di Mataram. Sebuah daerah di Lombok yang mayoritas penduduknya masih memegang kuat adat Sasak. Tentunya tidak ketinggalan juga makanan khasnya. Tidaklah sulit untuk menemukan masakan khas Sasak yang kaya akan rempah-rempah. Meski tidak banyak rumah makan yang menyajikan masakan Sasak dengan lengkap. Biasanya masakan khas Sasak akan sangat mudah ditemui secara lengkap ketika sedang ada acara Begawe atau acara makan besar secara bersama-sama. Begawe biasa kita temukan ketika sedang ada acara adat pernikahan atau acara k

Bersama Dua Ransel

Setengah menggerutu masuk juga ke ruang tunggu di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh siang itu 14 Desember 2012. Namanya juga saya coba coba, jadilah seperti orang bodoh. Andai saja siang itu mau menunggu Sriwijaya, jadilah dapat tiket murah 280K ke Medan. Tetapi dengan bermaksud praktis, saya coleklah calo bandara. Kemudian dia menelpon penjaga counter ticket Air Asia yang ditinggalkan. Setengah kaget saya terpaksa membayar 360K karena sedikit kalut dan penat ingin segera berada di kota lain. Sesampainya di dalam dikenakan lagi 30K karena check in oleh petugas. Saya terlambat katanya, mesin check in sudah ditutup. Baiklah karena saya bodoh, saya anggap sebagai pengalaman. Hanya satu yang saya kecewakan disana, ternyata penjual tiket tersebut turut mengurusi pengguna jasa layanan maskapai ini untuk masuk ke dalam pesawat. Pantas saja tadi counter ditinggalkannya. Lupakan semua itu, meski jengkel melanda karena saya masih melihat pemuda itu juga berada dalam pesawat yang sama di Po

Kayeu Ileu, Nikmatnya Santap Siang di Tepi Sawah

Mungkin kita pernah mengalami bosan dengan suasana makan siang yang seperti itu itu saja melulu. Monoton rasanya jika dihadapkan dengan suasana yang sama. Jika kita sedang berada di sekitaran Banda Aceh dan Aceh Besar, tidak ada salahnya mengunjungi daerah Kayeu Ileu. Sebuah daerah di pinggiran kota tidak jauh dari Bundaran Lambaro. Dari arah Lambaro mau menuju ke arah Ketapang. Kira kira 500 meter akan ada jalan masuk menuju Taman Rusa. Kita akan melewati lokasi rumah makan ini. Dari kejauhan sudah tampak kendaraan yang terparkir panjang menuju lokasi ini. Tampaknya banyak sekali pengunjung siang ini. Ternyata memang setiap hari memang beginilah keramaian pengunjung rumah makan Kayeu Ileu. Tidak tampak seperti rumah makan besar kebanyakan. Hanya terdapat beberapa pondok pondok sederhana dari kayu beratapkan rumbia. Sangat sederhana sekali. Tampak lalu lalang pekerja menghantarkan makanan dan minuman bagi pengunjung. Gedung induk rumah makan ini pun terkesan biasa saja, tidak mencolo

Kembali Lagi ke Jogja

Dengan menumpang kereta Malabar dari Banjar, tibalah di Stasiun Tugu, Yogyakarta tepat pukul 00.30 WIB pada tanggal 26 Desember 2012. Ini mirip dengan kedatangan tahun 2010. Hanya saja kali itu saya turun dari kereta ekonomi dan tiba di Jogja jam 5 sore tanggal 25 Desember 2010. Dan nyaris sama, saya meninggalkan Natal bersama keluarga. Selama berada di lambung Malabar, kisah kisah dalam lagu mengalun mesra di telinga. Tangan asyik dengan media social. Baterai aman, karna sebelumnya di Medan sengaja membeli Power Bank atau apapun itulah namanya. Sesekali seperti anak gaul mencoba untuk check in di aplikasi foursquare. Dan entah ada beberapa badge yang didapat tanpa sengaja, karena di setiap pemberhentian selalu check in pemirsa. Baca Juga:  Kembali ke Ndalem Diajeng Homestay Yogyakarta Kali ini adalah benar benar bingung. Karena terbiasa turun di Stasiun Lempuyangan, maka saya bertanya kepada Poltak dimana itu Pintu Selatan. Maklum saya tak pernah berhenti di Stasiun Tugu, baru s