Skip to main content

Road Test Bus Sempati Star

Minggu pagi 21 Oktober 2012, hujan baru saja mengguyur kota Banda Aceh dan sekitarnya. Beberapa hari ini memang hujan sering datang tak segan segan menghampiri. Melaju di atas scooter bersama Dody menuju kedai kopi Cek Yuke di depan terminal Bus Batoh. Ya, semalam baru saja berkumpul beberapa rekan yang bernaung di komunitas Aceh Bus Lovers. Berawal dari road test Bus Sanura kemarin, segelas kopi menambah keakraban suasana. Bus Sempati Star baru saja masuk di Banda Aceh setelah mengarungi perjalanan panjang dari Perusahaan Karoseri Adi Putro di Malang. Penasaran semakin menjadi, karena melihat beberapa foto yang ditunjukkan gadget beberapa kawan saat itu. Bus ini sebenarnya tidak asing di telinga bagi warga yang sudah lama tinggal di Aceh. Karena bus ini merupakan nama lama yang dihidupkan kembali, semacam mati suri demikian kebanyakan orang mengatakan.


Karena mendapat kabar bahwa bus sudah masuk ke garasi untuk dicuci, maka saya putuskan untuk kembali ke peraduan. Semacam gayung bersambut, tak lama bersantai ria di kamar, didapatlah kabar bahwa kawan kawan dari komunitas Aceh Bus Lovers sudah berada di garasi sementara yang dijadikan home base dari Sempati Star. Tanpa banyak berias diri, kembali memacu menuju garasi.

Sesampai di garasi, hal yang ada di kepala adalah "nyentrik". Ya nyentrik, bus ini hampir sama dengan beberapa bus di Jawa yang berani bermain di warna. Warna yang nyentrik dan mencolok bisa saja menjadi pilihan bagi calon penumpang baru. Contohnya saja permen, anak anak akan sangat menggemari permen yang warnanya sangat mencolok, maka dari itu jarang sekali ada permen yang dibuat dengan warna yang biasa saja. Ibarat kata ngejreng, ya Sempati Star memang ngejreng. Bus ini berani bermain warna, ada kuning yang dikawinkan dengan merah, sehingga bias orange muncul tak merusak warna.

Baru saja mendekat ke Bus Sempati Star, ternyata ada Bang Zulfikar disana. Bang Zulfikar itu setahu saya pernah membawa kami dari Medan ke Banda Aceh dengan Legacy dari PMTOH. Kenapa ingat betul, karena beliau saat itu menjadi supir dua, sehingga ketika hampir mencapai Banda Aceh, kita dapat berbincang bincang dengan beliau, apalagi ketika akan turun. Ternyata Bang Zulfikar telah bermigrasi ke Sempati Star. Memang untuk mengelola sebuah nama baru, diperlukan keuletan tangan tangan lama. Mungkin filosofi ini yang diterapkan oleh anak perusahaan yang bergabung di Sepakat Grup ini.

Ada 2 buah Jet Bus dengan seat 2-2 yang terparkir di garasi ini. Tepat di sebelahnya terdapat mini bus dengan bangku 3, Full AC, Full Audio, juga terpampang beberapa TV di dalamnya. Jika membaca sepintas dari mini bus ini, terdapat tulisan Medan - Banda Aceh. Maka saya juga merasa aneh, akankah mini bus ini juga akan bersaing dengan bus bus yang sudah ada? Gosipnya, mini bus ini akan dijadikan sebagai kendaraan shutle dari loket ke pool atau ke terminal.

Bus dengan seat 2-2 ini dilengkapi dengan fasilitas AC, Toilet, Selimut, Full Music, juga ada WIFI. Teknologi seperti ini menjadi pilihan bagi jalur transportasi Banda Aceh - Medan sekarang ini. Kabin yang menjadi bagasi di bus ini mengeluarkan Air Conditioner, sehingga bagi yang membawa makanan dan minuman, tetap terjaga kesegarannya. Jok tempat duduk yang empuk seperti duduk di sofa, membuat kita betah jika berada lama di dalam bus. Air Suspension turut melengkapi bus ini. Dengan kelas  Patas Eksekutive, bus Sempati Star digadang gadang menjadi Bus yang hampir mirip dengan pesawat terbang. Tampilan dalam yang elegan juga eksklusif membuat pengguna jasa layanan Bus Sempati Star akan nyaman berada di dalam.








Setelah makan siang, maka sore itu tes perdana Bus Sempati Star keliling Banda Aceh menjadi hal yang sejak tadi pagi dinanti nanti. Sebelum bus menuju lintasan, kami dikagetkan dengan mobil yang tiba tiba miring ke kiri. Saya kira ada ban yang bocor, ternyata supir menekan tombol suspension, sehingga mobil miring. Sehingga penumpang dapat mudah naik ke mobil apabila lantai mobil terlalu tinggi dari jalan. Unik, ya ini sangat unik. Terutama bagi orang awam seperti saya. Kemudian bus konvoi keluar dari garasi. Mini Bus mengawali perjalanan di depan, diikuti dengan 2 Jet Bus menembus keramaian lalu lalang jalanan Kota Banda Aceh. Setelah berputar sebelum jembatan Pango, bus melaju ke Simpang Surabaya, kemudian menuju terminal Batoh. Tidak sedikit warga yang bingung atau mungkin berdecak kagum akan kehadiran bus ini. Atau mungkin ada yang berpikiran, ini ada rombongan dari mana, 3 unit kendaraan dengan warna sama berjalan perlahan.






Tak lama di terminal, bus kembali meluncur menuju ke arah Pasar Aceh kemudian ke Areal Pusat Pendidikan Darussallam. Setelah dari sana, maka bus mengarah ke Pelabuhan Ulhe Lhee. Bus sempat parkir di sekitaran Ulhee Lhee. Dan kembali menjadi tontonan, apalagi bersamaan dengan itu ada kapal yang bersandar dari Sabang. Cuaca sore ini sangat cerah, sehingga cocok untuk pesiar keliling kota. Setelah dari Ulhee Lhee, kembali bus diarahkan menuju ke arah Pantai Lhok Nga. Nyaman memang berada di dalam bus ini, sembari bergurau sesekali kami mengabadikan gambar. Setelah berputar dari Lhok Nga dan ingin kembali ke kota, cuaca berubah secara tiba tiba dan hujan membasahi sekujur bus. Sayang sekali memang, padahal baru saja dicuci bersih. Sesampainya di kota, hujan ternyata reda. Road Test hari ini berakhir di terminal bus. Disini lagi lagi tidak sedikit yang bertanya ini bertanya itu tentang bus Sempati Star. Dari siapa pemiliknya, kapan mulai jalan, hingga berapa ongkosnya. Sabar ya, nanti setelah bus ini menggunakan plat kuning, maka secepatnya akan diinfokan. Sekalian kembali ke garasi, maka disarankan untuk menggunakan mini bus tersebut. Lengkap sudah road test hari ini, mencoba Jet Bus dan Mini Bus yang keduanya masih baru di hari yang sama. Thanks Sempati Star, Thanks Aceh Bus Lovers.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

El Comandante Coffee

Pria berambut pendek dan rapih menyambut kedatangan sore kala itu. Terlihat bordir halus di bagian belakang kemeja coklat muda nama kedai kopi. Seperti mengulang, meja kembali di bersihkan meski terlihat tak ada kotoran sedikit pun. Belum lagi senyum simpul saya berakhir, pemuda tersebut langsung menghilang ke dalam bangunan ruko tiga pintu tersebut. Elcomandante Coffee beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat melepas penat atau bertemu banyak sahabat.

Naik Kereta Api Second Class Semalaman Dari Hatyai ke Bangkok (Thailand Part 3)

Setelah Menyambangi Wat Hat Yai Nai di Hatyai   seharian tadi. Sebenarnya tidak seharian juga, karena hanya beberapa saat saja. Saya kembali ke Stasiun Kereta Api Hatyai. Ternyata ibu penjual kopi tadi pagi masih setia menunggu. Tidak ada salahnya memesan Thai Tea langsung di Thailand. Beliau tersenyum ketika saya sebut Thai Tea, "this name Tea, only Tea" ujarnya lagi. Seperti di Aceh, mana ada Kopi Aceh. Cuaca siang itu sangat terik, sementara jadwal kereta api masih lama. Sehingga 4 jam lamanya saya berputar putar di dalam stasiun kereta api. Menikmati makan siang di kantin stasiun. Menumpang isi baterai telepon seluler, bolak balik kamar mandi dan melihat lalu lalang pengunjung stasiun. Sayang sekali tidak banyak kursi tunggu yang disediakan. Jadilah hanya bisa duduk duduk saja. Kurang dari 1 jam menjelang keberangkatan, saya kembali mandi di toilet stasiun. Tenang saja, ada bilik khusus untuk kamar mandi. Hatyai itu panasnya luar biasa, jadi sebelum berangkat lebih baik m

Naik Bus dari TBS Malaysia ke Hat Yai Thailand

1 Juni 2019. Air Asia terakhir mengantarkan siang itu ke petang Sepang. Setelah 1 jam tanpa sinyal telepon seluler. Sebelumnya aku menikmati internet gratis dari wifi yang ditebar di Bandara Iskandar Muda, Aceh Besar. Internet dapat ditemukan dan diakses dengan mudah. Demikian juga ketika mendarat di Kuala Lumpur International Airport 2. Dinginnya selasar kedatangan membuat jantung berpacu. Berdegup keras seperti kecepatan telepon seluler menjelajah internet gratis disana. Sengaja bergegas, mengabaikan toilet dan berharap antrian imigrasi tidak ramai.  Ini kali kedua mengalami tak ada antrian yang berarti di imigrasi. Petugas hanya memastikan sembari tersenyum “Dari Aceh? Mau lanjut ke Jakarta?” Mereka seakan terbiasa menghadapi masyarakat Aceh yang singgah sejenak di Negeri Jiran hanya untuk kembali menyeberang ke kota-kota lain di Indonesia. “Tak Cik, saya nak pi Thailand kejap ini malam dari TBS”. Cop cop, sidik jari, dan imigrasi berlalu begitu saja. Sudah 3 tempat pen